Utang Pemerintah Rp 9.138 Triliun: Purbaya Buka Suara Dan Realitanya
Kompas - Lagi Rame Banget Nih Bahasan Soal Utang Pemerintah Rp 9.138 Triliun Yang Bikin Banyak Orang Geleng-Geleng Kepala. Angka Segitu Gede Banget, Bro — Kayaknya Udah Nggak Kebayang Lagi Berapa Nol-Nya. Tapi Ternyata, Menurut Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Lembaga Pengelola Investasi, Posisi Utang Ini Masih Di Level Yang Aman, Dan Kita Nggak Perlu Panik Berlebihan.
Di Dunia
Ekonomi, Nominal Gede Belum Tentu Bahaya — Tergantung Gimana Cara Ngelolanya. Banyak
Negara Punya Utang Lebih Besar Dari Kita Tapi Tetap Stabil Karena Rasio
Utangnya Masih Di Bawah Batas Aman. Nah, Di Indonesia Sendiri, Purbaya Bilang
Rasio Utang Pemerintah Masih Sekitar 39,86% Dari PDB Alias Masih Jauh Di Bawah
Ambang Batas 60% Yang Diatur Undang-Undang.
Jadi Artikel
Ini Bakal Bahas Santai Tapi Tajam Soal Utang Pemerintah Rp 9.138 Triliun
Ini: Gimana Komposisinya, Apa Kata Purbaya, Apa Risikonya, Dan Kenapa
Sebenernya Utang Itu Nggak Melulu Negatif. Yuk, Kita Bahas Satu-Satu Biar Nggak
Cuma Panas Baca Headline.
Kondisi Utang Pemerintah Rp 9.138 Triliun Dan Komposisinya
Kalau Denger
Kata “Triliun”, Pasti Langsung Kebayang Angka Fantastis. Tapi Biar Fair, Yuk
Kita Liat Dulu Komponennya. Dari Total Rp 9.138 Triliun, Sebagian Besar
Berasal Dari Surat Berharga Negara (SBN) Dan Pinjaman Luar Negeri. Jadi Bukan
Berarti Pemerintah Ngutang Ke Pihak Yang Nggak Jelas, Tapi Lewat Mekanisme
Resmi Yang Terukur.
Pemerintah Juga
Punya Strategi Diversifikasi, Jadi Sumber Utangnya Nggak Cuma Dari Satu Tempat.
Ada Utang Jangka Pendek, Jangka Menengah, Sampai Panjang, Semua Disesuaikan
Sama Kebutuhan Fiskal Dan Kondisi Ekonomi.
Intinya,
Angka Ini Gede, Tapi Nggak Asal Ngutang. Semua Masih Ada Mekanisme Dan
Pertanggungjawabannya.
Pernyataan Purbaya: Rasio Utang & Keamanan Fiskal
Purbaya Akhirnya
“Buka Suara” Buat Lurusin Isu. Menurut Dia, Rasio Utang Pemerintah Rp 9.138
Triliun Terhadap PDB Masih Aman Banget Di Bawah Batas 60%. Bahkan Di Angka
39,86%, Indonesia Tergolong Salah Satu Negara Dengan Rasio Utang Moderat Di Asia.
Dia Juga
Bilang, Fokus Utama Pemerintah Sekarang Bukan Sekadar Nurunin Nominal Utang,
Tapi Menjaga Kemampuan Bayar Dan Efisiensi Pengelolaan Fiskal. Jadi,
Bukan Soal “Berapa Besar Utangnya”, Tapi “Seberapa Efektif Hasilnya Buat
Masyarakat.”
Batas Aman Utang Menurut Regulasi & Standar Internasional
Menurut UU
Keuangan Negara (UU No.17/2003), Batas Maksimum Utang Itu 60% Dari PDB. Kalau Sekarang
Baru 39%, Artinya Kita Masih Punya Ruang Fiskal.
Kalau Dibanding
Negara Lain, Jepang Aja Punya Rasio Utang Di Atas 200% PDB, Amerika Di Atas
100%, Dan Mereka Tetap Jalan. Bedanya, Kemampuan Bayar Mereka Juga Tinggi. Jadi
Konteksnya Bukan Soal Nominalnya Gede, Tapi Apakah Negara Bisa Tetap Produktif
Dan Stabil Dengan Utang Itu.
Risiko Utang Yang Harus Diwaspadai
Nah,
Walaupun Masih Aman, Tetap Ada Risiko, Gengs. Yang Paling Nyata Tuh Beban
Bunga Utang Yang Makin Tinggi Tiap Tahun. Artinya, Sebagian APBN Bakal
Habis Buat Bayar Bunga, Bukan Buat Program Rakyat.
Selain Itu,
Faktor Eksternal Juga Penting — Kayak Fluktuasi Nilai Tukar, Inflasi Global,
Dan Perubahan Suku Bunga Luar Negeri. Kalau Kondisi Global Goyah, Servis Utang
Kita Bisa Ikut Naik. Jadi, Pengelolaan Utang Ini Harus Gesit Banget, Nggak Bisa
Asal Jalan.
Upaya Pengendalian: Strategi Purbaya Dalam Mengurangi Penerbitan Utang
Purbaya Sempet
Bilang Kalau Pemerintah Bakal Coba Ngurangin Penerbitan Utang Baru
Semaksimal Mungkin. Caranya? Dengan Ningkatin Penerimaan Negara Dan Ngurangin
Belanja Yang Nggak Efisien.
Dia Juga
Dorong Investasi Sektor Produktif Biar Pertumbuhan Ekonomi Bisa Bantu Nurunin
Rasio Utang. Soalnya Kalau Ekonomi Tumbuh, Otomatis Persentase Utang Dibanding PDB
Bisa Turun Tanpa Harus Ngurangin Nominalnya Drastis.
Efisiensi Belanja & Tata Kelola Anggaran Sebagai Kunci
Di Era Kayak
Gini, Efisiensi Tuh Penting Banget. Pemerintah Harus Bener-Bener Pastiin Setiap
Rupiah Dari APBN Dipakai Buat Hal Produktif. Jadi Nggak Ada Lagi Belanja Yang
“Nggak Ngaruh”.
Purbaya Juga
Dorong Supaya Tata Kelola Keuangan Negara Makin Transparan Dan Digital, Biar
Lebih Gampang Diawasi. Dengan Begitu, Uang Rakyat Bisa Bener-Bener Balik Jadi
Manfaat, Bukan Cuma Angka Di Laporan.
Defisit APBN & Hubungannya Dengan Penambahan Utang
Nah, Utang
Negara Tuh Nggak Bisa Dilepas Dari Yang Namanya Defisit APBN. Kalau Pengeluaran
Lebih Gede Dari Pendapatan, Otomatis Butuh Tambahan Dana Dari Utang. Tahun Ini,
Defisit APBN Tercatat Sekitar 1,35% Dari PDB — Masih Tergolong Kecil Dan Aman.
Dengan Defisit
Yang Masih Terkendali, Artinya Pemerintah Cukup Disiplin. Tapi Tetap, Kalau
Penerimaan Negara Nggak Naik, Mau Nggak Mau Utang Bisa Bertambah. Jadi Kuncinya
Ada Di Pajak, Efisiensi, Dan Optimalisasi Aset Negara.
Implikasi Terhadap Pertumbuhan & Stabilitas Ekonomi
Kalau Dikelola
Dengan Benar, Utang Pemerintah Rp 9.138 Triliun Justru Bisa Jadi
“Bensin” Buat Pertumbuhan Ekonomi. Pemerintah Bisa Pakai Buat Bangun
Infrastruktur, Pendidikan, Dan Sektor Produktif Lainnya.
Tapi, Kalau
Pengelolaannya Asal, Ya Bisa Jadi “Bom Waktu”. Makanya, Transparansi Dan
Efektivitas Proyek Pemerintah Tuh Wajib Banget Dijaga. Karena Kalau Hasil
Pembangunan Nggak Sepadan Sama Beban Utang, Itu Baru Bahaya.
Tantangan & Rekomendasi Kebijakan Ke Depan
Kedepannya,
Tantangan Terbesar Adalah Jaga Rasio Utang Tetap Sehat Di Tengah Kondisi
Global Yang Fluktuatif. Pemerintah Juga Perlu Perkuat Basis Penerimaan Negara
Lewat Pajak Digital, Green Investment, Dan BUMN Yang Efisien.
Selain Itu,
Komunikasi Publik Juga Penting Banget. Masyarakat Harus Dikasih Data Transparan
Supaya Nggak Salah Persepsi Tiap Kali Angka Utang Naik. Kalau Semuanya Terbuka
Dan Rasional, Kepercayaan Publik Ke Kebijakan Fiskal Juga Naik.
Kesimpulan
Jadi, Meskipun
Utang Pemerintah Rp 9.138 Triliun Kedengerannya Bikin Merinding,
Kenyataannya Masih Dalam Batas Aman Kok — Asal Dikelola Dengan Disiplin Dan
Transparan. Purbaya Udah Jelasin Bahwa Posisi Fiskal Kita Masih Kuat, Dan
Langkah-Langkah Efisiensi Udah Mulai Dijalankan.
Utang Itu Bukan Hal Tabu, Tapi Alat Buat Tumbuh. Yang Penting, Kita Semua Tetap Kritis Dan Melek Soal Arah Penggunaan Dana Publik. Karena Di Ujungnya, Utang Itu Tanggung Jawab Bareng: Pemerintah Ngatur, Rakyat Ngawasin.