Menkeu Sebut Pemerintah Ogah Tanggung Utang Whoosh: Gimana Ceritanya Nih?
Kompas - Belakangan Ini, Publik Lagi Rame Banget Ngomongin Soal Pemerintah Ogah Tanggung Utang Whoosh. Yap, Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) Alias Whoosh Yang Dulu Jadi Ikon Kebanggaan, Sekarang Lagi Disorot Gara-Gara Isu Utangnya. Dan, Yang Bikin Heboh, Menteri Keuangan Dengan Tegas Bilang: Pemerintah Nggak Akan Ikut Nanggung!
Banyak Yang
Kaget, Banyak Juga Yang Bilang Ini Langkah Berani. Soalnya, Di Era Kayak
Sekarang, Jarang Banget Pemerintah Bener-Bener Tegas Soal Pemisahan Utang
Antara Proyek BUMN Dan Keuangan Negara. Tapi Ternyata, Pernyataan Ini Punya
Alasan Logis Dan Strategis Banget Di Baliknya.
Nah, Artikel
Ini Bakal Bahas Tuntas — Siapa Sih Yang Harusnya Tanggung Jawab Atas Utang Whoosh,
Kenapa Pemerintah Ogah Ikut, Gimana Cara Mereka Ngatur Biar Proyek Ini Tetap
Jalan, Dan Apa Maknanya Buat Ekonomi Indonesia Ke Depan. Let’s Dive In 👇
Siapa “Who” Di Balik Utang Whoosh?
Kalau Lo
Kira Semua Proyek Besar Langsung Ditanggung Pemerintah, Lo Salah Besar. Proyek Whoosh
Ini Sebenarnya Dikelola Sama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Yang
Sahamnya Mayoritas Dimiliki Konsorsium BUMN Lewat PT Danantara. Jadi, Bukan APBN
Yang Langsung Nyetor Duit Buat Proyek Ini.
Nah, Di
Sinilah Masalahnya Mulai Muncul. Waktu Biaya Proyek Membengkak Dari Estimasi
Awal, Muncul Pertanyaan: Siapa Yang Mesti Nanggung Utang Tambahan? Pemerintah? BUMN?
Atau Pihak Swasta? Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Langsung Bilang, “Pemerintah Nggak
Akan Tanggung. Itu Tanggung Jawab Danantara Dan Konsorsium.” Tegas Banget.
Apa Itu Proyek Whoosh Dan Beban Utangnya
Buat Lo Yang
Belum Familiar, Whoosh Ini Proyek Kereta Cepat Pertama Di Indonesia Dan Juga Asia
Tenggara. Diresmikan Dengan Hype Gede Banget, Tapi Di Balik Kecepatannya,
Ternyata Beban Finansialnya Juga “Ngebut”.
Utang Proyek
Ini Tembus Triliunan Rupiah, Sebagian Besar Pinjaman Dari China Development
Bank (CDB). Nah, Bunga Dan Tenor Utangnya Ini Yang Bikin Tekanan Makin Berat. Tapi
Karena Proyeknya Dipegang BUMN, Jadi Secara Struktur Hukum, Utangnya Bukan
Milik Negara, Walau Tetap Jadi Perhatian Pemerintah.
Pernyataan Menkeu: Pemerintah Ogah Tanggung Utang Whoosh
Di Sinilah
Letak Panasnya. Menkeu Purbaya Dengan Nada Tegas Menyebut Kalau Pemerintah
Nggak Mau APBN Ikut Bayarin Utang Whoosh. “Itu Tanggung Jawab Danantara. Kalau
BUMN-Nya Yang Pinjam, Ya Mereka Yang Harus Bayar,” Katanya Dalam Konferensi
Pers Di Jakarta.
Bukan Cuma
Alasan Fiskal, Tapi Ini Juga Sinyal Kuat Buat Investor: Indonesia Nggak
Main-Main Soal Tata Kelola Keuangan. Pemerintah Pengin Tunjukin Kalau Negara
Kita Bisa Disiplin Secara Fiskal Dan Nggak Gampang Bailout Proyek Besar Yang
Dikelola Entitas Bisnis.
Alasan “Why”: Kenapa Pemerintah Ogah Tanggung Utang Whoosh
Kalau Dilihat
Dari Sisi Ekonomi, Langkah Ini Masuk Akal Banget. Pertama, APBN Kita Udah Punya
Banyak Prioritas — Pendidikan, Kesehatan, Subsidi, Dan Proyek Infrastruktur
Lain. Kalau Setiap Proyek BUMN Yang Defisit Ditanggung APBN, Bisa Jebol Tuh
Anggaran Negara.
Kedua, Kalau
Pemerintah Mau “Bailout”, Bakal Muncul Yang Namanya Moral Hazard. Artinya, BUMN
Bisa Jadi Nggak Disiplin Lagi Dalam Ngatur Proyek Karena Tahu Ujung-Ujungnya
Negara Bakal Nutupin Kerugian. Jadi, Menkeu Pengin Nunjukin Kalau Era “Main
Aman Pakai Duit Negara” Udah Lewat.
Terakhir,
Ini Juga Buat Jaga Citra Fiskal Indonesia Di Mata Internasional. Kalau APBN Terus
Dipakai Buat Nutup Utang Proyek, Rating Utang Negara Bisa Turun, Dan Itu Bahaya
Banget Buat Kepercayaan Investor Global.
Strategi “How”: Skema Penyelesaian Utang Whoosh
Tenang,
Bukan Berarti Pemerintah Tinggal Lepas Tangan. Ada Beberapa Opsi Yang Lagi
Disiapin Buat Nyelesein Utang Whoosh Tanpa Ngerusak APBN.
Pertama, Restrukturisasi
Utang — Jadi Tenor Pembayaran Diperpanjang Biar Beban Cicilan Nggak Terlalu
Berat. Kedua, Ada Wacana Konversi Sebagian Utang Ke Ekuitas, Artinya
Utang Diubah Jadi Saham, Jadi Nggak Perlu Dibayar Cash Tapi Jadi Bagian
Kepemilikan. Ketiga, Bisa Juga Lewat Optimalisasi Aset Whoosh, Kayak
Sewa Lahan Stasiun Atau Pengembangan Kawasan Transit-Oriented Development (TOD).
Dengan Skema
Kayak Gini, Proyek Masih Bisa Berjalan Sehat Tanpa Bikin Beban Negara Makin
Berat.
Dampak Kalau Pemerintah Ikut Tanggung Utang
Coba Bayangin
Kalau Pemerintah Tiba-Tiba Setuju Buat Nanggung Utang Whoosh. Efek Domino-Nya
Bakal Gede Banget. Defisit APBN Bisa Nambah, Alokasi Buat Pendidikan Dan
Kesehatan Bisa Kepotong, Dan Beban Bunga Utang Negara Makin Naik.
Selain Itu,
Publik Bakal Kehilangan Kepercayaan. Orang Bakal Mikir, “Loh, Kok Pemerintah
Ngeluarin Duit Buat Proyek Yang Bukan Tanggung Jawab Langsung?” Nah, Ini Yang
Pengin Dihindarin Menkeu. Jadi, Keputusan “Ogah Tanggung Utang” Ini Bukan Cuma
Tegas, Tapi Juga Strategis Banget Buat Jaga Stabilitas Fiskal.
Peluang Dan Tantangan Buat Danantara Dan BUMN
Buat
Danantara Dan BUMN, Ini Jadi Wake-Up Call Sih. Mereka Harus Bisa Bener-Bener
Profesional Ngatur Arus Kas Dan Strategi Bisnis. Pemerintah Udah Kasih Sinyal:
Kalian Harus Berdiri Di Kaki Sendiri.
Tantangannya
Jelas, Utang Whoosh Besar Banget, Sementara Pendapatan Operasional Belum
Stabil. Tapi Peluangnya Juga Gede — Kalau Mereka Bisa Atur Manajemen Dengan
Efisien, Whoosh Bisa Jadi Proyek Yang Profit Dalam Jangka Menengah. Intinya:
Kerja Keras Dulu, Baru Hasilnya Kelihatan.
Bandingkan Dengan Kasus Serupa Di Proyek Infrastruktur Lain
Sebenernya,
Kasus Kayak Gini Bukan Pertama. Dulu Ada Beberapa Proyek BUMN Besar Juga Yang
Utangnya Sempat Berat Tapi Nggak Diselamatin APBN, Contohnya Proyek Listrik
35.000 MW Dan Beberapa Jalan Tol Strategis.
Dari Pengalaman
Itu, Pemerintah Belajar: Kalau Proyek Diselamatkan Terus, BUMN Nggak Akan
Belajar. Jadi, Sekarang Kebijakannya Lebih “Market-Oriented”. Dan Ini Bisa
Dibilang Sebagai Langkah Menuju BUMN Yang Lebih Mandiri Dan Kompetitif.
Kesimpulan: Pemerintah Tegas, Fiskal Aman
Keputusan Pemerintah
Ogah Tanggung Utang Whoosh Bisa Dibilang Langkah Tegas Yang Penting Banget
Buat Jaga Kredibilitas Fiskal Indonesia. Pemerintah Pengin Pastiin Kalau
Keuangan Negara Tetap Aman, Dan Proyek Besar Harus Dikelola Secara Profesional
Tanpa Ketergantungan.
Buat Masyarakat, Ini Sinyal Positif Bahwa Pemerintah Mulai Disiplin Ngatur Keuangan. Dan Buat Pelaku Bisnis, Ini Jadi Pelajaran: Manajemen Utang Itu Penting, Apalagi Di Proyek Besar. Jadi, Meski Terkesan Keras, Kebijakan Ini Justru Bikin Sistem Ekonomi Kita Lebih Sehat Dan Sustainable.