BREAKING NEWS

Demul Akan Umumkan Pegawai Termalas Lewat Medsos Tiap Bulan

Demul Akan Umumkan Pegawai Termalas Lewat Medsos Tiap Bulan

Kompas   -  
Lo Pasti Pernah Denger Kalimat “Kesan Pertama Itu Penting Banget”? Nah, Ternyata Hal Ini Nggak Cuma Berlaku Buat Dunia Percintaan Atau Pertemanan Doang, Tapi Juga Dunia Kerja. Baru-Baru Ini, Demul—Sebuah Perusahaan Yang Lagi Rame Dibahas—Ngeluarin Kebijakan Unik Sekaligus Kontroversial: Mereka Bakal Ngumumin Pegawai Termalas Lewat Media Sosial Tiap Bulan.

Kebijakan Ini Langsung Bikin Geger. Ada Yang Ngeliatnya Keren Karena Bisa Bikin Karyawan Lebih Disiplin Dan Termotivasi, Tapi Ada Juga Yang Bilang Ini Toxic Banget Karena Bisa Bikin Orang Malu Bahkan Down Mental. Dari Sini Kelihatan Kalau Dunia Kerja Sekarang Udah Makin Transparan, Tapi Juga Makin Ketat Ekspektasinya.

Artikel Ini Bakal Ngebahas Semua Hal Tentang Kebijakan Unik Ini: Mulai Dari Latar Belakang Demul, Tujuan Mereka, Pro-Kontra Yang Muncul, Sampai Analisis Dari HR Dan Psikolog. Jadi, Kalau Lo Penasaran Gimana Efeknya Ke Dunia Kerja, Yuk Scroll Terus, Jangan Sampe Skip!

Apa Itu Program “Pegawai Termalas”?

Jadi Gini, Program “Pegawai Termalas” Ini Sebenernya Konsepnya Simpel Banget. Setiap Bulan, Manajemen Demul Bakal Bikin Evaluasi Internal Buat Ngeliat Siapa Aja Yang Performanya Paling Rendah. Nah, Yang Nilainya Jeblok Alias Paling Males, Namanya Bakal Diumumin Ke Publik Lewat Akun Medsos Resmi Perusahaan.

Kebayang Kan Gimana Rasanya? Di Satu Sisi, Mungkin Bikin Orang Jadi Semangat Biar Nggak Malu. Tapi Di Sisi Lain, Bisa Jadi Tekanan Banget Buat Mereka Yang Lagi Struggling. Program Kayak Gini Jelas Beda Sama Penghargaan Karyawan Teladan Yang Biasanya Dikasih Tiap Bulan. Bedanya? Kalau Karyawan Teladan Dikasih Reward, Pegawai Termalas Dikasih “Expose” Ke Publik.

Alasan Demul Umumkan Pegawai Termalas Di Medsos

Pertanyaan Besar: Kenapa Sih Demul Milih Strategi Ini? Menurut Bocoran Dari Pihak Manajemen, Mereka Pengen Bikin Budaya Kerja Yang Lebih Disiplin Dan Transparan. Dengan Ngasih Tahu Publik Siapa Yang Termalas, Mereka Berharap Bisa Memicu Rasa Tanggung Jawab.

Selain Itu, Medsos Sekarang Udah Jadi Wajah Perusahaan. Jadi, Mereka Mikir Kalau Langkah Ini Bisa Ningkatin Image Bahwa Perusahaan Mereka Serius Banget Soal Produktivitas. Tapi Balik Lagi, Strategi Ini Nggak Semua Orang Bisa Terima.

Pro Dan Kontra Dari Program Pegawai Termalas

Kalau Kita Bahas Pro-Kontra, Pasti Bakal Panjang. Pro-Nya, Jelas Ada:

  • Bisa Jadi Wake-Up Call Buat Pegawai Yang Performanya Lemah.
  • Memotivasi Karyawan Lain Biar Lebih Giat Kerja.
  • Ngebuat Standar Disiplin Perusahaan Makin Jelas.

Tapi Kontra-Nya Juga Lumayan Ngeri:

  • Bisa Bikin Pegawai Yang Diumumin Merasa Dipermalukan.
  • Resiko Mental Health Issue Kayak Stress, Anxiety, Sampe Burn Out Makin Tinggi.
  • Malah Bisa Bikin Hubungan Antar Tim Jadi Toxic, Bukannya Produktif.

Jadi, Bisa Dibilang Kebijakan Ini Kayak Pisau Bermata Dua.

Dampak Program Pegawai Termalas Bagi Dunia Kerja

Kalau Ditarik Lebih Jauh, Kebijakan Ini Bisa Jadi Benchmark Buat Perusahaan Lain. Bisa Aja Ada Perusahaan Yang Ikutan Bikin Program Serupa.

Dampak Positif: Karyawan Jadi Lebih Termotivasi, Disiplin Meningkat, Dan Target Kerja Bisa Lebih Cepat Tercapai.
Dampak Negatif: Resiko Bullying, Diskriminasi, Dan Pegawai Jadi Takut Salah. Padahal Kan Kerja Itu Bukan Sekadar Angka, Tapi Juga Soal Kreativitas Dan Kolaborasi.

Perspektif HR Dan Psikolog Tentang Strategi Ini

Nah, Kalau Menurut Pakar HR, Strategi Ini Bisa Efektif Tapi Berbahaya. Efektif Karena Memang Ada Shock Therapy Buat Yang Males. Tapi Berbahaya Karena Bisa Ngejatuhin Self-Esteem Karyawan.

Sedangkan Dari Sisi Psikolog Kerja, Mereka Bilang Ini Lebih Banyak Minusnya. Karena Kerjaan Itu Harusnya Bikin Orang Berkembang, Bukan Tertekan. Kalau Tiap Bulan Ada “Panggung” Buat Yang Paling Males, Bisa Bikin Lingkungan Kerja Nggak Sehat.

Demul Akan Umumkan Pegawai Termalas Lewat Medsos Tiap Bulan

Strategi Alternatif Selain Umumkan Pegawai Termalas

Ada Banyak Cara Lain Yang Bisa Lebih Sehat Buat Ningkatin Produktivitas. Misalnya:

  • Fokus Ke Penghargaan Karyawan Terbaik Tiap Bulan.
  • Bikin Sistem Bonus Kecil Buat Yang Rajin Dan Konsisten.
  • Ngadain Coaching Atau Mentoring Buat Karyawan Yang Kesulitan Perform.
  • Bikin Forum Diskusi Internal Buat Nyari Solusi Bareng, Bukan Malah Nge-Judge.

Dengan Strategi Kayak Gini, Semangat Kerja Bisa Naik Tanpa Harus Bikin Drama Di Medsos.

Contoh Perusahaan Lain Dengan Metode Serupa

Sebenernya, Demul Bukan Yang Pertama. Di Luar Negeri, Ada Beberapa Perusahaan Yang Suka Bikin Sistem Ranking Karyawan. Bedanya, Mereka Biasanya Ngumumin “Top Performer” Alias Yang Terbaik, Bukan Yang Terburuk.

Ada Juga Yang Pakai Sistem Internal Scoreboard, Tapi Cuma Buat Konsumsi Karyawan, Bukan Dipublish Ke Publik. Jadi, Bisa Dibilang Langkah Demul Ini Lebih Ekstrim Dibanding Kebanyakan Perusahaan Lain.

Tanggapan Publik Di Media Sosial

Begitu Kebijakan Ini Diumumin, Netizen Langsung Rame. Ada Yang Bilang Langkah Ini “Inovatif” Dan Bisa Bikin Pegawai Lebih Rajin. Tapi Banyak Juga Yang Ngecap Ini “Toxic Corporate Culture”.

Meme-Meme Pun Langsung Bermunculan. Ada Yang Bikin Jokes Kalau Bulan Depan Pasti Banyak Pegawai Yang Berlomba Biar Nggak Jadi Trending Di Akun Resmi Demul. Lucunya, Ada Juga Yang Bilang Mending Diumumin “Pegawai Paling Rajin” Aja Biar Vibes-Nya Lebih Positif.

Penutup – Antara Motivasi Dan Kontroversi

Kalau Ditarik Garis Besar, Program “Pegawai Termalas” Ini Bener-Bener Unik, Tapi Juga Penuh Risiko. Bisa Jadi Motivasi, Bisa Juga Jadi Bumerang. Semua Tergantung Gimana Perusahaan Nge-Manage Komunikasi Internal Dan Publiknya.

Yang Jelas, Budaya Kerja Sehat Harusnya Bikin Karyawan Berkembang Bareng-Bareng, Bukan Saling Ngejatuhin. Jadi, Meski Demul Punya Niat Baik, Mungkin Perlu Dipikirin Lagi Cara Yang Lebih Elegan Dan Fair Buat Ningkatin Performa. Karena, Pada Akhirnya, Kerja Itu Soal Kolaborasi, Bukan Kompetisi Siapa Yang Paling Males.

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar