Kenapa Pemerintah Tak Moratorium Program MBG Di Tengah Kasus Insiden Pangan?
Kompas - Belakangan Ini Publik Lagi Heboh Banget Sama Isu Insiden Pangan Yang Bikin Trust Ke Pemerintah Agak Goyah. Di Saat Banyak Orang Berharap Ada Langkah Tegas Kayak Moratorium, Pemerintah Malah Tetep Ngegas Jalanin Program MBG. Pertanyaannya, Kenapa Pemerintah Gak Ambil Opsi Moratorium Dulu Buat Cooling Down Situasi?
Buat Sebagian
Masyarakat, Langkah Itu Dianggap Aneh. Karena Secara Logika, Kalau Ada Masalah
Serius Di Lapangan, Pause Dulu Dong Programnya Biar Gak Makin Runyam. Tapi Di
Balik Keputusan Itu, Ada Banyak Alasan Yang Ternyata Gak Sekadar Hitam-Putih.
Nah, Biar
Gak Salah Kaprah, Yuk Kita Bedah Lebih Dalam Kenapa Program MBG Masih Terus
Jalan Meski Ada Polemik Insiden Pangan Yang Cukup Bikin Resah. Artikel Ini Bakal
Ngebahas Dari Sisi Pemerintah, Perspektif Ahli, Sampai Suara Netizen Yang Rame
Di Medsos.
Apa Itu Program MBG Dan Kenapa Penting?
Program MBG
(Mari Beli Gabah) Awalnya Diciptain Buat Ngejaga Stabilitas Pangan
Nasional. Ide Sederhananya: Pemerintah Hadir Langsung Buat Beli Gabah Dari
Petani Dengan Harga Tertentu, Biar Petani Gak Rugi Dan Rantai Pasok Beras Tetap
Aman.
Selain Itu, MBG
Juga Dimaksudkan Jadi Solusi Buat Jangka Panjang. Dengan Adanya Pembelian
Langsung Dari Pemerintah, Petani Punya Jaminan Pasar, Konsumen Dapet Harga
Stabil, Dan Negara Bisa Lebih Tenang Soal Cadangan Pangan. Sounds Like Win-Win
Solution Kan?
Tapi Ya
Gitu, Kalau Sistemnya Gak Rapi, Program Sebesar Ini Gampang Banget Kena
Masalah. Apalagi Kalo Ada Faktor Teknis Di Lapangan Yang Sering Miss.
Polemik Insiden Pangan Yang Bikin Program MBG Disorot
Nah,
Masalahnya Makin Panas Gara-Gara Muncul Insiden Pangan. Ada Laporan Soal
Distribusi Beras Yang Gak Merata, Kualitas Gabah Yang Gak Sesuai Standar,
Sampai Isu Keamanan Produk Yang Bikin Publik Makin Panik.
Kasus Ini
Bikin MBG Jadi Spotlight. Padahal Awalnya Program Ini Bukan “Biang Kerok”, Tapi
Karena Sistem Distribusinya Nyambung, Jadilah MBG Ikut Kena Getahnya.
Yang Lebih
Parah, Insiden Ini Bikin Kepercayaan Masyarakat Drop. Banyak Yang Mulai
Skeptis: “Kalau Ada Masalah Segede Gini, Kenapa Gak Stop Dulu Aja Program MBG Sampai
Clear?”
Kenapa Pemerintah Tidak Moratorium Program MBG?
Jawaban Simpelnya:
Pemerintah Merasa Moratorium Justru Lebih Berisiko. Kalau MBG Dihentikan,
Petani Bisa Bingung Mau Jual Gabah Ke Mana, Pasar Bisa Gonjang-Ganjing, Dan
Harga Beras Di Masyarakat Bisa Naik Drastis.
Selain Itu,
Secara Politik Juga Gak Gampang. Pemerintah Pasti Mikirin Dampak Sosial Dan
Ekonomi Jangka Pendek. Jadi Instead Of Moratorium, Mereka Lebih Milih Buat
Evaluasi Dan Perbaikan Internal Sambil Jalan.
Alasan Lainnya,
Program Sebesar MBG Punya Banyak Kepentingan Yang Saling Ketergantungan. Stop Total
Bisa Bikin Masalah Baru Yang Lebih Ribet Daripada Masalah Awal.
Perspektif Ahli Soal Keamanan Program MBG
Kalau Dengerin
Pendapat Para Pakar, Kebanyakan Bilang Program MBG Emang Penting, Tapi Harus
Ada Evaluasi Total. Misalnya, Standar Kualitas Gabah Harus Jelas, Mekanisme
Distribusi Harus Transparan, Dan Ada Sistem Audit Yang Kuat.
Beberapa Akademisi
Juga Nyaranin Supaya Pemerintah Bikin Sistem Early Warning. Jadi Kalau Ada
Masalah, Bisa Langsung Terdeteksi Tanpa Harus Nunggu Jadi Heboh Dulu Di Media.
Dari Sisi
Lembaga Independen, Ada Dorongan Supaya MBG Gak Cuma Jadi Proyek Politik. Harus
Ada Pengawasan Nyata Dari Publik Dan Organisasi Masyarakat Sipil Biar Trust
Bisa Balik Lagi.
Suara Publik: Pro Dan Kontra Di Media Sosial
Kalau Liat
Medsos, Reaksinya Kayak Roller Coaster. Ada Yang Bilang Pemerintah Bijak Karena
Gak Moratorium, Tapi Banyak Juga Yang Ngegas Minta Stop Program MBG Dulu.
Di Twitter Misalnya,
Trending Topic Soal #Stopmbg Sempet Muncul. Netizen Kota Kebanyakan Ngerasa
Program Ini Gagal Total. Tapi Di Sisi Lain, Petani Di Desa Ada Juga Yang Justru
Takut Kalau MBG Dihentikan Karena Mereka Bakal Kehilangan Pembeli Utama.
Jadi Jelas
Banget, Suara Publik Terbelah. Dan Ini Nunjukkin Betapa Kompleksnya Masalah
Pangan Di Indonesia.
Perbandingan Dengan Kebijakan Negara Lain
Kalau Kita
Liat Ke Negara Lain, Beberapa Udah Pernah Ambil Langkah Moratorium Untuk
Program Pangan Serupa. Misalnya Di India, Ada Kebijakan Procurement Beras Yang
Sempet Dihentikan Sementara Karena Masalah Distribusi Dan Kualitas.
Tapi Bedanya,
Negara-Negara Itu Biasanya Punya Sistem Kompensasi. Jadi Petani Gak Totally
Rugi Meskipun Program Distop Sementara.
Pelajaran Buat
Indonesia? Kalau Mau Moratorium, Harus Siap Juga Dengan Solusi Pengganti Biar
Petani Dan Masyarakat Gak Jadi Korban Kebijakan.
Dampak Jika Moratorium Benar-Benar Dijalankan
Kalau Beneran
Ada Moratorium, Dampaknya Bakal Berlapis. Positifnya, Publik Mungkin Lebih
Tenang Karena Ada Tanda Pemerintah Serius Ngevaluasi. Masalah Bisa
Diinvestigasi Lebih Detail Tanpa Gangguan Operasional.
Tapi Negatifnya,
Harga Pangan Bisa Naik, Petani Bisa Kesulitan, Dan Stabilitas Pasar Terganggu. Belum
Lagi Ada Potensi Chaos Sosial Kalau Kebutuhan Pangan Gak Terpenuhi Dengan Baik.
Makanya,
Pemerintah Keliatan Lebih Milih Buat Ngejalanin Evaluasi Sambil Program Tetap
Berjalan.
Perlu Reformasi Program MBG, Bukan Sekadar Moratorium
Banyak Ahli
Bilang, Moratorium Itu Solusi Jangka Pendek. Yang Lebih Urgent Sebenernya
Reformasi Total. Artinya, Dari Sistem Pembelian, Distribusi, Sampai Pengawasan,
Semuanya Harus Di-Upgrade.
Reformasi Ini
Juga Bisa Jadi Cara Buat Balikin Kepercayaan Publik. Transparansi Data, Pengawasan
Ketat, Dan Partisipasi Masyarakat Bisa Bikin MBG Jadi Program Yang Bener-Bener
Pro Rakyat.
So, Bukan
Sekadar Pause, Tapi Transformasi.
Bagaimana Masyarakat Bisa Tetap Kritis Dan Aman?
Nah, Buat
Masyarakat Sendiri, Jangan Cuma Pasif. Kita Bisa Tetap Kritis Dengan:
- Rajin Cari Informasi Valid Soal
Pangan.
- Aktif Bersuara Di Ruang Publik
Kalau Ada Masalah.
- Ngedorong Pemerintah Buat Lebih
Transparan.
Selain Itu,
Konsumen Juga Bisa Mulai Aware Sama Sumber Pangan Mereka. Misalnya, Dukung
Produk Lokal, Cek Kualitas Sebelum Beli, Dan Ikut Mengawasi Distribusi Di
Daerah Masing-Masing.
Karena Pada Akhirnya, Pangan Itu Urusan Semua Orang, Bukan Cuma Pemerintah.