1.800 Guru PPPK Banten Belum Gajian, Terpaksa Harus Berutang
Kompas - Lo Bayangin Deh, Udah Kerja Keras Ngajar Tiap Hari, Tapi Gaji Yang Ditunggu-Tunggu Gak Kunjung Cair. Itulah Yang Lagi Dialamin Sama Sekitar 1.800 Guru PPPK Banten YangBelum Gajian Sampai Sekarang. Kasus Ini Bukan Cuma Soal Duit, Tapi Juga Soal Nasib Dan Penghargaan Terhadap Para Tenaga Pendidik Yang Udah Berjasa Banget Buat Negeri Ini.
Banyak Dari
Mereka Akhirnya Terpaksa Berutang Ke Warung, Koperasi, Bahkan Ke Teman
Buat Nutup Kebutuhan Harian. Ada Yang Sampai Jual Barang Pribadi Demi Bisa
Tetap Bertahan. Situasi Ini Bener-Bener Nyentuh Hati, Apalagi Di Tengah Kondisi
Ekonomi Yang Serba Gak Pasti.
Masalah Keterlambatan
Gaji Ini Pun Bikin Publik Mulai Sorot Kinerja Pemerintah Daerah Dan Pusat. Banyak
Yang Nanya, “Kok Bisa Ya, Gaji Guru-Guru Yang Udah Jelas Statusnya Malah Belum
Cair?” Yuk, Kita Kulik Lebih Dalam Kronologi, Reaksi, Sampai Dampak Sosial Dari
Kasus Ini.
Kronologi Kasus Guru PPPK Banten Belum Gajian
Kasus Ini
Mulai Ramai Sekitar Pertengahan Tahun 2025. Ribuan Guru PPPK Di Banten Ngaku
Belum Terima Gaji Padahal Mereka Udah Aktif Ngajar Sejak Awal Tahun Ajaran
Baru. Sebagian Malah Udah Hampir Enam Bulan Kerja Tanpa Sepeser Pun
Penghasilan.
Menurut Info
Yang Beredar, Akar Masalahnya Ada Di Proses Administrasi Dan Pencairan
Anggaran Dari Pemerintah Daerah Ke Pusat. Jadi, Meskipun SK Pengangkatan
Udah Keluar, Data Para Guru PPPK Ini Belum Sepenuhnya Masuk Ke Sistem Keuangan
Negara. Akibatnya, Pencairan Gaji Jadi Mandek.
Dinas
Pendidikan Banten Dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Sempet Bilang Kalau
Keterlambatan Ini Terjadi Karena Sinkronisasi Data Di Aplikasi Milik Pemerintah
Pusat. Tapi Ya, Buat Para Guru, Penjelasan Itu Gak Langsung Bantu Apa-Apa. Mereka
Tetap Harus Bertahan Tanpa Kepastian Gaji Yang Jelas.
Dampak Langsung Ke Kehidupan Guru
Gak Semua
Orang Sadar Seberapa Berat Dampaknya Buat Para Guru Ini. Banyak Dari Mereka
Yang Harus Berutang Buat Makan Dan Transportasi Ke Sekolah. Ada Yang
Pinjam Uang Dari Koperasi Sekolah, Bahkan Ada Yang Minjem Ke Tetangga.
Salah Satu
Guru Di Serang Cerita, Dia Harus Jual Cincin Kawin Demi Bayar Kos Dan Ongkos
Ojek Ke Sekolah. “Malu Sih, Tapi Mau Gimana Lagi. Anak-Anak Di Sekolah Nunggu
Kita,” Katanya Lirih. Bayangin Aja, Guru Yang Seharusnya Tenang Fokus Ngajar
Malah Harus Mikirin Gimana Caranya Bertahan Hidup.
Situasi Kayak
Gini Jelas Bikin Stres Dan Berdampak Ke Kualitas Pengajaran Juga. Beberapa Guru
Bahkan Sempat Mempertimbangkan Berhenti, Tapi Rasa Tanggung Jawab Ke Murid
Bikin Mereka Tetap Bertahan.
Reaksi Dari Para Guru PPPK Di Banten
Karena Ngerasa
Gak Didengar, Para Guru PPPK Akhirnya Mulai Bersuara. Ada Yang Bikin Surat
Terbuka Ke Pemerintah Daerah, Ada Juga Yang Ngadain Aksi Damai Di Depan
Kantor Dinas Pendidikan Banten. Di Media Sosial, Tagar #Gurupppkbelumgajian
Sempat Trending Di X (Twitter) Dan Tiktok.
Beberapa Dari
Mereka Juga Curhat Online, Menceritakan Bagaimana Mereka Tetap Datang Ke
Sekolah Meski Belum Digaji. Sikap Profesional Mereka Dapet Banyak Respect Dari
Netizen. Banyak Yang Bilang, “Guru Itu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Tapi Masa Iya
Tanpa Tanda Gaji Juga?”
Solidaritas Antar
Guru Pun Makin Kuat. Mereka Saling Bantu Sebisanya, Ada Yang Patungan Buat
Bantu Teman Seprofesi Yang Kesulitan. Di Sisi Lain, Publik Mulai Desak
Pemerintah Buat Ambil Tindakan Nyata, Bukan Cuma Janji.
Penjelasan Pemerintah Daerah Dan Pusat
Pihak Pemprov
Banten Akhirnya Buka Suara. Menurut Mereka, Keterlambatan Ini Disebabkan
Oleh Masalah Administratif Dan Keterlambatan Input Data Pegawai Di Sistem
Nasional. Proses Validasi Yang Panjang Bikin Dana Belum Bisa Dicairkan Meski
Anggaran Udah Disiapin.
Kementerian
Keuangan Juga Sempat Menjelaskan Bahwa Dana Transfer Ke Daerah Untuk Pembayaran
PPPK Baru Bisa Diturunkan Kalau Data Pegawai Udah Lengkap Dan Terverifikasi.
Jadi Kalau Ada Data Yang Belum Masuk, Sistem Otomatis Nahan Pencairan.
Masalahnya,
Penjelasan Kayak Gini Udah Sering Banget Kita Dengar. Rakyat Butuh Hasil, Bukan
Alasan. Dan Dalam Kasus Ini, Para Guru PPPK Jadi Korban Dari Birokrasi Yang
Lambat Dan Gak Efisien.
Masalah Sistemik Di Pengelolaan PPPK
Kalau Dilihat
Lebih Dalam, Kasus Ini Bukan Cuma Masalah Satu Daerah. Ini Masalah Sistemik. Banyak
Daerah Di Indonesia Ternyata Belum Siap Secara Administratif Buat Ngelola
Pegawai PPPK Yang Jumlahnya Ribuan.
Proses Validasi
Data Pegawai Sering Manual, Padahal Idealnya Udah Serba Digital. Selain Itu,
Sistem Kepegawaian Di Tingkat Daerah Dan Pusat Sering Gak Sinkron. Akhirnya,
Hal-Hal Kayak Verifikasi NIK, Nomor Rekening, Sampai Status SK Bisa Molor
Berbulan-Bulan.
Masalah Kayak
Gini Seharusnya Udah Bisa Diantisipasi Sejak Awal. Pemerintah Pusat Dan Daerah
Harusnya Punya Koordinasi Yang Lebih Solid. Karena Tiap Kali Birokrasi Lambat,
Yang Kena Imbasnya Selalu Rakyat Kecil.
Perspektif Ekonomi Dan Sosial
Dari Sisi
Ekonomi, Efek Keterlambatan Gaji Ini Lumayan Gede. Bayangin, Ada Ribuan Orang
Yang Biasanya Terima Gaji Rutin Tiap Bulan, Sekarang Gak Ada Pemasukan. Daya Beli
Otomatis Turun. Warung-Warung Sekitar Sekolah Pun Ikut Sepi Karena Pelanggan
Utamanya, Para Guru, Lagi Ngirit Habis-Habisan.
Secara Sosial,
Kondisi Ini Bisa Bikin Semangat Kerja Menurun. Guru Yang Kelelahan Finansial
Tentu Gak Bisa Maksimal Ngajar. Padahal, Mereka Punya Peran Besar Dalam
Mencetak Generasi Masa Depan Bangsa. Kalau Tenaga Pendidik Aja Dibuat Susah,
Gimana Mau Harap Kualitas Pendidikan Meningkat?
Tanggapan Publik Dan Dunia Pendidikan
Netizen
Indonesia, Seperti Biasa, Gak Tinggal Diam. Banyak Yang Ngerasa Kasihan Dan
Geram. Di Twitter, Muncul Banyak Thread Tentang Nasib Guru PPPK Ini. Beberapa Influencer
Pendidikan Juga Ikut Bersuara, Nuntut Kejelasan Dari Pemerintah.
Organisasi Guru
Seperti PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) Akhirnya Turun Tangan Dan
Ngirim Surat Resmi Ke Kemendikbudristek. Mereka Minta Supaya Kasus Kayak Gini
Gak Terus Berulang Tiap Tahun. Publik Juga Mulai Sadar Bahwa Profesi Guru,
Seberat Apapun Tanggung Jawabnya, Kadang Gak Dapet Penghargaan Yang Layak.
Solusi Dan Langkah Perbaikan
Beberapa Solusi
Mulai Diusulkan. Pertama, Sistem Pembayaran ASN Dan PPPK Harus Dibuat Lebih
Digital Dan Real-Time Biar Gak Ada Lagi Keterlambatan Karena Birokrasi
Manual. Kedua, Perlu Ada Mekanisme Early Warning System — Semacam Alarm
Kalau Ada Keterlambatan Data Atau Pencairan.
Selain Itu,
Pemerintah Pusat Bisa Bikin Tim Khusus Percepatan Pembayaran PPPK, Biar
Gak Bola-Bali Nunggu Proses Administrasi Yang Lama. Audit Internal Juga Penting
Banget Buat Pastiin Gak Ada Penyalahgunaan Atau Salah Kelola Dana.
Dan Yang
Paling Penting, Komunikasi Ke Publik Harus Lebih Terbuka. Guru Dan Masyarakat
Punya Hak Tahu Progresnya Sampai Sejauh Mana. Karena Transparansi Itu Salah
Satu Bentuk Keadilan.
Refleksi: Nasib Guru Di Tengah Birokrasi
Kalau Dipikir-Pikir,
Kasus Ini Jadi Semacam Pengingat Buat Kita Semua: Penghargaan Ke Guru Itu
Gak Cuma Lewat Kata “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, Tapi Juga Lewat Tindakan
Nyata — Seperti Memastikan Hak Mereka Dipenuhi Tepat Waktu.
Guru Bukan
Cuma Pengajar, Tapi Fondasi Dari Masa Depan Bangsa. Mereka Ngajarin Anak-Anak
Kita Buat Punya Mimpi, Sementara Mereka Sendiri Kadang Harus Berjuang Buat Sekadar
Bertahan. Ironis Banget Kan?
Semoga Aja, Pemerintah Bisa Lebih Serius Beresin Urusan Birokrasi Yang Sering Bikin Repot Kayak Gini. Karena Kesejahteraan Guru Bukan Sekadar Isu Administratif — Ini Soal Harga Diri Dan Masa Depan Pendidikan Indonesia.