Pemerintah Diminta Terapkan Kembali Diskon 50% Tarif Listrik Untuk Dorong Daya Beli Masyarakat
Kompas - Belakangan Ini, Banyak Masyarakat Mulai Ngerasa Beban Hidup Makin Berat. Harga Kebutuhan Pokok Naik, Bensin Juga Nggak Kalah Mahal, Dan Tagihan Listrik Pun Terus Jalan Tiap Bulan. Dalam Situasi Kayak Gini, Muncul Lagi Desakan Ke Pemerintah Buat Ngasih DiskonTarif Listrik 50% Kayak Waktu Pandemi Dulu. Nggak Heran, Karena Buat Sebagian Besar Warga, Tagihan Listrik Tuh Bukan Pengeluaran Kecil—Apalagi Buat Yang Usaha Di Rumah Atau Pelaku UMKM.
Kebijakan Diskon
Tarif Listrik Waktu Itu Beneran Kerasa Dampaknya. Banyak Rumah Tangga Kecil
Bisa Napas Lega, Dan Usaha Mikro Pun Masih Bisa Beroperasi Tanpa Harus Mikirin
Beban Listrik Tinggi. Sekarang, Dengan Kondisi Ekonomi Yang Masih Belum
Sepenuhnya Pulih, Permintaan Buat Ngidupin Lagi Program Kayak Gitu Makin
Kenceng.
Artikel Ini
Bakal Bahas Lebih Dalam Soal Kenapa Kebijakan Ini Penting, Siapa Aja Yang Bakal
Diuntungkan, Dan Gimana Efeknya Ke Ekonomi Nasional Kalau Diskon Tarif
Listrik Ini Beneran Diterapkan Lagi. Yuk, Kita Bahas Satu-Satu.
Apa Itu Diskon Tarif Listrik Dan Kenapa Penting Banget?
Diskon Tarif
Listrik Adalah Potongan Harga Dari Biaya Listrik Bulanan Yang Dibayar Pelanggan
PLN, Biasanya Dikasih Buat Golongan Rumah Tangga Kecil Dan Pelaku UMKM. Tujuannya
Jelas: Bantu Masyarakat Yang Ekonominya Rentan Biar Tetap Bisa Dapet Akses
Energi Murah.
Pas Pandemi COVID-19,
Kebijakan Ini Udah Pernah Diterapkan Dan Sukses Banget Bantu Jutaan Rumah
Tangga. Bayangin Aja, Tagihan Listrik Bisa Turun Setengahnya. Itu Bukan Cuma
Angka, Tapi Napas Baru Buat Keluarga Kecil Yang Penghasilannya Menurun Drastis.
Kenapa Penting?
Karena Listrik Tuh Kebutuhan Dasar. Semua Aktivitas Butuh Listrik—Dari Masak,
Belajar Online, Kerja, Sampe Jualan. Jadi, Kalo Tarifnya Tinggi, Otomatis Daya
Beli Masyarakat Juga Ikutan Turun.
Kondisi Ekonomi Saat Ini Dan Tantangan Daya Beli
Sekarang,
Walaupun Ekonomi Udah Mulai Bangkit, Masyarakat Masih Ngerasain Tekanan Dari
Inflasi. Harga Beras, Minyak Goreng, Bahkan Sewa Rumah Terus Naik. Sementara,
Pendapatan Banyak Orang Belum Tentu Ikut Naik. Akibatnya, Daya Beli Turun
Pelan-Pelan Tanpa Disadari.
Data Dari BPS
Juga Nunjukin Tren Konsumsi Rumah Tangga Yang Stagnan Di Beberapa Daerah. Itu Artinya,
Masyarakat Lebih Milih Nahan Pengeluaran Buat Kebutuhan Non-Pokok, Dan Tagihan
Listrik Sering Kali Jadi Salah Satu Beban Paling Terasa Tiap Bulan. Dalam Kondisi
Kayak Gini, Diskon Tarif Listrik Bisa Jadi Solusi Konkret Buat Naikin Kembali
Konsumsi Dan Stabilitas Ekonomi Rumah Tangga.
Argumen Ekonomi Di Balik Permintaan Diskon Tarif Listrik
Secara Ekonomi,
Diskon Tarif Listrik 50% Bisa Dianggap Sebagai Bentuk Stimulus Ringan
Yang Dampaknya Luas. Nggak Cuma Bantu Rumah Tangga, Tapi Juga Bisa Ngedorong
Sektor UMKM Dan Industri Kecil. Kalau Tagihan Listrik Mereka Berkurang,
Otomatis Biaya Operasional Juga Turun, Dan Itu Bisa Bikin Harga Produk Tetap
Kompetitif Di Pasar.
Selain Itu,
Kebijakan Ini Punya Efek Psikologis Juga. Masyarakat Bakal Ngerasa Diperhatiin,
Dan Itu Bisa Ningkatin Kepercayaan Publik Ke Pemerintah. Dalam Konteks Ekonomi
Nasional, Daya Beli Yang Naik Juga Bakal Bantu Dorong Pertumbuhan PDB Lewat
Konsumsi Rumah Tangga.
Perspektif Pelaku Usaha Dan Rumah Tangga Kecil
Buat Pelaku
Usaha Kecil, Tarif Listrik Bukan Hal Sepele. Banyak UMKM Yang Bergantung Sama
Alat Listrik Kayak Mesin Cuci, Kulkas, Atau Kompor Listrik Buat Produksi. Naiknya
Tarif Listrik Bisa Langsung Ngefek Ke Harga Jual Produk Mereka.
Salah Satu
Pelaku Usaha Laundry Di Surabaya Cerita, Waktu Pandemi Dulu Dia Bisa Tetep Buka
Karena Dapet Potongan Tarif Listrik Dari PLN. Tapi Setelah Program Itu
Berhenti, Biaya Listriknya Naik Sampai Dua Kali Lipat. Menurut Dia, Kalau
Pemerintah Bisa Balikin Diskon Itu, Bakal Banyak Usaha Kecil Yang Bisa
Bertahan.
Sementara Buat
Rumah Tangga, Potongan Listrik 50% Bisa Bantu Banget Buat Ngatur Cash Flow
Bulanan. Bagi Mereka Yang Pendapatannya Nggak Tetap, Bantuan Semacam Ini Bukan
Cuma Meringankan, Tapi Juga Bikin Kehidupan Sehari-Hari Lebih Stabil.
Tanggapan Pemerintah Dan PLN Soal Usulan Ini
Dari Sisi
Pemerintah, Kementerian ESDM Dan PLN Udah Beberapa Kali Ngasih Sinyal Kalau
Mereka Masih Mempertimbangkan Kebijakan Subsidi Energi Yang Lebih Efisien. Tapi
Memang, Semua Balik Lagi Ke Kondisi Fiskal Negara.
Menurut Data
Terakhir, Subsidi Listrik Tahun 2025 Udah Mencapai Angka Yang Cukup Besar. Jadi,
Kalau Mau Ngasih Diskon Lagi, Perlu Ada Penyesuaian Di APBN. PLN Juga Bilang
Mereka Siap Jalanin Kebijakan Ini Kalau Ada Keputusan Politik Dan Pendanaan
Yang Jelas.
Sementara Itu,
Ada Juga Wacana Buat Kasih Bantuan Non-Tunai Dalam Bentuk Token Gratis Buat
Pelanggan 450 VA Dan 900 VA, Biar Subsidi Lebih Tepat Sasaran. Tapi Publik
Tetap Ngerasa Kalau Diskon Tarif Listrik Langsung Lebih Terasa
Manfaatnya.
Dampak Sosial Dan Ekonomi Jika Diskon Tarif Diterapkan
Lagi
Kalau Kebijakan
Ini Beneran Jalan Lagi, Dampaknya Bakal Terasa Langsung. Pertama, Daya Beli
Masyarakat Bakal Meningkat Karena Ada Pengeluaran Rutin Yang Berkurang. Kedua, UMKM
Bisa Punya Ruang Lebih Buat Bertahan Dan Berkembang.
Dalam Jangka
Menengah, Efeknya Bakal Nyebar Ke Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Ketika Masyarakat
Punya Uang Lebih Buat Belanja, Roda Ekonomi Juga Ikut Muter. Dan Jangan Lupa,
Meningkatnya Aktivitas Usaha Kecil Juga Bisa Bantu Buka Lapangan Kerja Baru.
Menurut Beberapa
Ekonom, Efek Multiplier Dari Subsidi Energi Kayak Gini Bisa Mencapai 1,5
Kali Lipat Dari Nilai Bantuan Yang Dikasih. Artinya, Setiap Rp1 Subsidi Listrik
Bisa Ngasih Dampak Ekonomi Senilai Rp1,5 Di Sektor Lain.
Tantangan Implementasi Diskon Tarif Listrik
Tapi,
Realitanya Nggak Sesimpel Itu. Pemerintah Tetap Harus Hati-Hati Biar Kebijakan
Ini Nggak Ngebebanin APBN Terlalu Berat. Selain Itu, Salah Satu Tantangan
Klasik Adalah Soal Penyaluran Subsidi Yang Kadang Nggak Tepat Sasaran.
Masih Banyak
Kasus Pelanggan Rumah Tangga Menengah Ke Atas Yang Dapet Tarif Subsidi,
Sementara Warga Miskin Malah Kelewat. Karena Itu, Perlu Ada Sistem Digitalisasi
Data Pelanggan PLN Yang Lebih Rapi Biar Kebijakan Ini Bisa Efisien Dan Adil.
Perbandingan Dengan Kebijakan Energi Di Negara Lain
Kalau Ngelihat
Ke Luar Negeri, Beberapa Negara Di Asia Tenggara Juga Punya Kebijakan Mirip. Malaysia
Misalnya, Punya Subsidi Listrik Berjenjang Buat Rumah Tangga Berpendapatan
Rendah. Thailand Dan Vietnam Pun Ngasih Bantuan Serupa Buat Sektor Rumah Tangga
Kecil Dan Industri Mikro.
Kebijakan Kayak
Gini Bukan Cuma Soal Bantu Rakyat, Tapi Juga Bagian Dari Strategi Jangka
Panjang Buat Jaga Stabilitas Ekonomi Nasional. Jadi, Indonesia Sebenernya Nggak
Sendirian Kalau Mau Ngidupin Lagi Program Diskon Tarif Listrik.
Harapan Dan Langkah Ke Depan Untuk Pemerintah
Ke Depan,
Yang Paling Penting Adalah Komunikasi Publik Yang Terbuka. Pemerintah Perlu
Jelasin Secara Transparan Gimana Kebijakan Ini Bisa Dijalankan Tanpa Bikin APBN
Jebol.
Kalau Diskon
Tarif Listrik Diterapkan Secara Temporer Dan Terarah Ke Kelompok Rentan,
Efeknya Bisa Optimal Tanpa Bikin Negara Tekor. Kolaborasi Antara PLN, Kementerian
ESDM, Dan Pelaku Industri Juga Penting Biar Kebijakan Energi Tetap Efisien Dan
Berkelanjutan.
Kesimpulan
Permintaan Buat
Balikin Diskon Tarif Listrik 50% Nunjukin Satu Hal: Masyarakat Masih
Butuh Kebijakan Yang Berpihak Di Tengah Tekanan Ekonomi. Di Saat Harga Barang
Naik Dan Penghasilan Belum Naik Signifikan, Bantuan Kayak Gini Bisa Jadi
Penyelamat Buat Jutaan Orang.
Dengan Kebijakan Yang Tepat Sasaran Dan Transparan, Program Ini Bisa Jadi Langkah Strategis Buat Jaga Daya Beli, Dorong Konsumsi, Dan Bantu Ekonomi Nasional Tetep Stabil. Intinya, Listrik Murah Bukan Cuma Soal Tagihan—Tapi Juga Tentang Keberlangsungan Hidup Masyarakat.